Rameteo - Otak adalah organ tubuh vital yang merupakan pusat pengendali sistem syaraf pusat. Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh.
Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi. ingatan, pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya. Sungguh suatu tugas yang sangat rumit dan banyak dan inilah 10 kegiatan yang bisa merusak kerja otak kita
1. Tidak mau sarapan
Mereka yang tidak mengkonsumsi sarapan pagi memiliki kadar gula darah yang rendah, yang akibatnya suplai nutrisi ke otak menjadi kurang.
2. Kebanyakan makan
Terlalu banyak makan, apalagi yang kadar lemaknya tinggi, dapat berakibat mengerasnya pembuluh darah otak karena penimbunan lemak pada dinding dalam pembuluh darah. Akibatnya kemampuan kerja otak akan menurun.
3. Merokok
Zat dalam rokok yang terhisap akan mengakibatkan penyusutan otak secara cepat, serta dapat mengakibatkan penyakit Alzheimer.
4. Terlalu banyak mengkonsumsi gula
Konsumsi gula yang terlalu banyak akan menyebabkan terganggunya penyerapan protein dan nutrisi, sehingga terjadi ketidakseimbangan gizi yang akan mengganggu perkembangan otak
Selasa, 19 November 2013
Alasan Bayi Tenang Saat Digendong
Para ibu yang memiliki bayi pasti menyadari hal ini, bahwa bayi yang rewel bisa tenang dan kembali tertidur jika didekap dan digendong. Banyak yang bilang itu karena ikatan batin.
Namun sebenarnya, ada pula alasan logis di baliknya. Sebuah penelitian terbaru membuktikan bayi menjadi tenang saat didekap berkat reaksi otak, otot, dan jantung bayi.
Dr Kumi O Kuroda, seorang neurobiologis di Riken Brain Science Institute di Jepang sekaligus kepala tim penelitian ini, menggunakan pengukuran dengan elektrokardiogram. Alat ini untuk memantau detak jantung bayi dan tikus, sesaat setelah mereka diangkat dan didekap.
Ternyata, detak jantung yang mulanya cepat, dapat melambat dalam sesaat. Demikian dilansir Mirror.
"Ini adalah hal yang nyaris mustahil bagi orang dewasa. Menurut saya ini kondisi fisiologis yang hanya terjadi pada bayi," ungkap Dr Kuroda. Penelitiannya ini dipublikasi dalam jurnal Current Biology.
Dr Kuroda melihat detak jantung tikus yang ia uji dapat melemah dalam satu detik setelah diangkat dan didekap di tangan. Sementara itu, bayi manusia membutuhkan waktu sekitar 3 detik.
Dr Kuroda dan timnya juga menemukan respons bayi berusia di bawah tiga bulan lebih cepat daripada yang lebih tua.
Selain itu, baik bayi maupun tikus, dapat seketika berhenti bergerak saat mereka diangkat dan digendong. Bahkan, tikus pun berhenti mengeluarkan jeritan ultrasoniknya.
"Kami melakukan tindakan yang sama dengan nenek atau ayah si bayi, dan ternyata hasilnya sama. Bukan hanya ibu yang bisa menenangkan bayi," pungkas Dr Kuroda.
Namun sebenarnya, ada pula alasan logis di baliknya. Sebuah penelitian terbaru membuktikan bayi menjadi tenang saat didekap berkat reaksi otak, otot, dan jantung bayi.
Dr Kumi O Kuroda, seorang neurobiologis di Riken Brain Science Institute di Jepang sekaligus kepala tim penelitian ini, menggunakan pengukuran dengan elektrokardiogram. Alat ini untuk memantau detak jantung bayi dan tikus, sesaat setelah mereka diangkat dan didekap.
Ternyata, detak jantung yang mulanya cepat, dapat melambat dalam sesaat. Demikian dilansir Mirror.
"Ini adalah hal yang nyaris mustahil bagi orang dewasa. Menurut saya ini kondisi fisiologis yang hanya terjadi pada bayi," ungkap Dr Kuroda. Penelitiannya ini dipublikasi dalam jurnal Current Biology.
Dr Kuroda melihat detak jantung tikus yang ia uji dapat melemah dalam satu detik setelah diangkat dan didekap di tangan. Sementara itu, bayi manusia membutuhkan waktu sekitar 3 detik.
Dr Kuroda dan timnya juga menemukan respons bayi berusia di bawah tiga bulan lebih cepat daripada yang lebih tua.
Selain itu, baik bayi maupun tikus, dapat seketika berhenti bergerak saat mereka diangkat dan digendong. Bahkan, tikus pun berhenti mengeluarkan jeritan ultrasoniknya.
"Kami melakukan tindakan yang sama dengan nenek atau ayah si bayi, dan ternyata hasilnya sama. Bukan hanya ibu yang bisa menenangkan bayi," pungkas Dr Kuroda.
Langganan:
Postingan (Atom)